Di Pos kampling itu
|“Tok tok tok tok tok tok tok tok tok”
Suara berisik yang kamu dengar saat telpon aku itu bukanlah orang yang mengetuk pintu kamarku, Yanindra. Malam selarut ini nggak mungkin ada tamu di rumah ku. Ini sudah malam, Yanindra, sudah saatnya mbak-mbak gemes untuk membaringkan diri di tempat tidur. Ini bagimu belum malam, tapi bagi orang yang ada di desaku ini sudah agak malam. Itu bisa aku tahu dengan mendengarkan suara tadi itu. Suara tadi itu adalah bersumber dari kentongan yang ada di pos ronda yang tidak terlalu jauh dari rumah ku.
“hahaha” itu bunyi tawamu, Yanindra
Aku masih mendengar suaramu tertawa ketika kamu mendengarkan cerita bahwa suara tadi itu suara kentongan. Mungkin di sekitar tempat tinggal mu hal itu hal yang sangat aneh, Yanindra. Di zaman yang katanya modern ini masih ada alat semacam itu.
Maklum saja, Yanindra
Tempatku itu masih desa, walaupun sudah ada pe-modern-an, akan tetapi kami sebagai warga desa tidak meninggalkan nilai-nilai tradisional yang baik dan masih relevan dengan saat ini. Salah satunya adalah gotong royong, dalam hal ini berbentuk ronda malam. Pos ronda kalau di desaku lebih dikenal dengan sebutan pos kampling atau sering juga disebut gerdu. Di desaku ada beberapa pos kampling, dan salah satunya yang paling rame adalah pos kampling dekat rumah ku. Iya, Yanindra. Pos kampling dekat rumahku itu paling rame dibandingkan pos kampling yang lainnya.
Kata rame itu aku dengar dari pak presiden pada saat mengikuti debat presiden. Jadi saat itu pak presiden yang sekarang ini masih berstatus capres, alias calon presiden. Beliau mengatakan bahwa kalau ada negara tetangga yang macam-macam dan mengganggu kedaulatan negara kita tercinta, maka beliau menyatakan bahwa siap dibuat rame. Rame dalam konteks hal ini adalah siap membela ketahanan negara kalau diperlukan sampai mengirimkan misi militer untuk berperang. Dalam hal ini malah pernah diterapkan kebijakan bela negara. Tegas itu nggak perlu bringas.
Bener-bener rame, Yanindra
Siang maupun malam, pos kampling di tempatku itu selalu rame.
Nggak jauh kok Yanindra, kalau kapan-kapan kamu sempat main ke rumahku nanti kamu bisa menyaksikan sendiri, sumber suara yang pernah kamu tertawakan saat kamu menelponku.
Bangunan yang terletak di pertigaan jalan itu merupakan salah satu tempat favorit remaja-remaja putra maupun orang-orang tua untuk berkumpul melepaskan lelah setelah seharian harus memeras tenaga untuk bekerja di baon maupun pekerjaan lainnya. Bangunan yang berbentuk seperti kubus yang memiliki dinding tembok itu menjadi tempat untuk orang-orang bercerita mengenai banyak hal. Bisa jadi mengenai masalah pertanian, atau bercerita mengenai masa lalu yang telah di leawati.
Orang-orang berkumpul di pos ronda itu dari jam tujuh malam, yakni selepas adzan sholat isya’. Mengenai waktu berakhirnya berbeda-beda, kalau yang ada jadwal ronda sampai pukul tiga pagi, kalau tidak ada jadwal ronda ya paling sampai jam sembilan malam. Sambil bercerita ngalor ngidul biasanya sebatang dua batang rokok menemani. Selain untuk mencegah kantuk, asap rokok ternyata juga membuat nyamuk tidak berani menganggu. Sehingga kalau kamu tidak suka rokok kamu jangan melarang mereka untuk tidak merokok, Yanindra.
Selain rokok, terkadang orang-orang yang ada di pos kampling juga membuat wedang kopi, Yanindra. Mereka membuat tungku sederhana dari bata kemudian menaruh di atasnya dandang yang bentuknya mirip nekara pada zaman pra-aksara. Dandang itu digunakan untuk merebus air. Makanan ringan yang ada bukan roti atau lain sebagainya, melainkan ketela bakar yang diambil dari salah satu ladang milik warga,
Yah itulah aktivitas orang di desa ku, Yanindra. sederhana tapi membuat bahagia
Kembali ke masalah suara
Itu tadi suara kentongan yang terbuat dari tunggak bambu, yaitu bagian bawah batang bambu yang paling dekat dengan akar. Kreatif kan Yanindra???
Kentongan tersebut digunakan untuk memanggil orang-orang berkumpul. Jadi orang-orang di desaku itu nggak perlu di telpon atau di sms. Bunyi dari kentongan itu sudah menjadi pertanda bahwa kami harus berkumpul. Selain sebagai panggilan untuk orang – orang berkumpul, bunyi kentongan itu juga menandakan bunyi jam. Maklum Yanindra, penduduk desa ku itu jarang ada yang punya jam. Kalau ada sensus dari sepuluh rumah, itu paling mentok hanya dua atau tiga rumah yang punya jam dinding. Kebanyakan kami hanya berdasarkan ilmu titen dengan cara melihat kondisi alam untuk menentukan waktu. Dan maaf Yanindra, meskipun kami tidak memiliki jam, kami selalu tepat waktu dan jarang terlambat.
Kira-kira kalau kita ketemu disuatu hari nanti jam berapa, Yanindra???
Jangan sampai terlambat ya?
Kalau kamu nggak ingin terlambat belajar saja tepat waktu dari penduduk di desaku
“tok tok tok tok tok tok tok tok tok”
Itu tadi bunyi kentongan yang menandakan bahwa ini sudah jam sembilan malam, dan waktunya mengistirahatkan badan. Melupakan sebentar dunia ini untuk menuju dunia mimpi.