Di cukupkan

anies-baswedan-jokowiKata-kata ini sering aku dengar akhir-akhir ini, Yanindra. “Dicukupkan” kata ini diucapkan oleh mantan menteri pendidikan, Anies Baswedan, setelah mengalami reshuffle kabinet. Kabinet Kerja yang dipimpin Pak Jokowi sudah mengalami dua kali reshuffle, dan mungkin nanti bisa bertambah lagi. Karena politik itu cair, kata mbak ku yang kuliah pada jurusan Pendidikan kewarganegaraan. Semuanya bisa berubah begitu saja, meski terkadang sulit untuk dipercaya dengan nalar rakyat jelata seperti ku.

Karena politik itu cair, kata mbak ku yang kuliah pada jurusan Pendidikan kewarganegaraan.

Itu benar adanya, Yanindra.

Nama Anies Baswedan mungkin sangat mengejutkan saat namanya masuk dalam reshuffle kedua yang dilakukan oleh Pak Jokowi. Hal ini dikarenakan mas Anies merupakan salah satu menteri idola, selain tentunya Bu Susi. Orangnya yang ganteng, tutur bicaranya yang bagus, dan visinya kedepan bagi pendidikan di Indonesia, nampak mustahil kalau mas Anies harus “dicukupkan” masa kerjanya di Kabinet Kerja. Tapi buktinya, nama mas Anies ada dalam menteri yang diganti pak Jokowi.

“dicukupkan”

Mas Anies tidak bisa berbuat apa-apa, Yanindra. Pergantian menteri itu merupakan hak prerogratif presiden. Presiden memiliki kewenangan untuk merubah komposisi para menterinya, bisa dengan menukar posisi menteri, atau bisa juga mengganti menteri lama dengan menteri baru. Semua itu ada mekanismenya sendiri. Pergantian yang baik kalau didasarkan pada kinerja selama ini. Namun biasanya reshuffle kabinet bisa juga dipengaruhi oleh fakto yang lainnya. Politik itu unik, Yanindra.

Unik?

Iya, Yanindra, unik

Kalau lebih tepatnya menurutku sebagai rakyat jelata itu aneh. Anehnya lagi kini Mas Anies maju menjadi salah satu calon gubernur DKI. Itu sebenarnya hal yang wajar saja, kan mas Anies sudah menjadi rakyat jelata, tugasnya menjadi menteri sudah “dicukupkan” oleh pak Jokowi. Jadi boleh boleh saja kalau mas Anies pingin menjadi gubernur untuk mengalahkan Ahok. Secara wajah dan tutur kata kan mas Anies lebih baik daripada Ahok. Heuheuheu

Cuman bercanda, Yanindra.

Bukan juga berniat untuk rasis.

Selama ini bagi kebanyakan rakyat, pemilihan pemimpin kan didasarkan pada hal tersebut. Ganteng, gagah, bisa mengobral janji janji manis dan sudah barang tentu calon yang memiliki ang banyak, bagi bagi sembako, kaos dan lain sebagainya. Rakyat yang kurang mendapatkan pendidikan politik mudah terlena dengan calon calon seperti itu. Mereka memilih bukan dikarenakan bagus tidaknya program kerja dari sang calon.

***

Ngomong-ngomong dicukupkan, tugas Pak Irman Gusman sebagai ketua DPD akhirnya resmi “dicukupkan”, Yanindra. Nggak perlu adanya mosi tidak percaya dari anggota DPD lainnya, cukup dengan tertangkapnya pak Gusman oleh KPK sudah membuat citranya selama ini sebagai seorang pemimpin yang ganteng dan santun hancur berantakan. Pak Gusman merupakan ketua DPD pertama yang tertangkap tangan KPK sedang melakukan tindak pidana korupsi mengenai perizinan impor gula.

Tapi banyak pihak yang bilang ini hanya jebakan?

Aku juga kurang tahu hal itu, Yanindra. Kita tunggu saja hasil praperadilan, apakah nasib baik Budi Gunawan dan Dahlan Iskan menular pada Irman Gusman yang sama-sama namanya berakhiran dengan huruf –AN seperti praperadilAN.

Intinya untuk saat ini pak Gusma telah “dicukupkan” sebagai ketua DPD.

Mekanisme “dicukupkan” itu bisa secara baik-baik seperti mas Anies, dan juga kurang terhormat seperti pak Gusman.

Ada satu lagi kasus yang menarik tentang “dicukupkan” yakni Dimas Kanjeng harus “dicukupkan” dalam praktek menggandakan uang, yang menurut bu Marwah Dauh itu bukan menggandakan uang tapi mengadakan uang. “dicukupkan” atas nama Dimas Kanjeng bukan karena sudah tidak dapat menggandakan uang melainkan untuk sementara waktu Dimas Kanjeng harus berurusan dengan pihak kepolisian dengan kasus pembunuhan dan penipuan. Tak tanggung tanggung lho, Yanindra, untuk mencukupkan praktek penggandaan uang ini diperlukan pengerahan polisi dan TNI dalam jumlah ribuan hanya untuk menangkap satu orang. Maklum Dimas Kanjeng seorang raja, Yanindra. Entah raja apa

Itu beberapa cerita tentang “dicukupkan” Yanindra

Sebenarnya kisah cinta mu, mau aku masukkan kesini tapi aku nggak tega, Yanindra. Karena itu merupakan privasi mu. Tapi kalau kamu mengizinkan kapan-kapan aku akan menceritakannya kepada orang banyak. Sebagai pembelajaran agar manusia itu ojo kagetan, gumunan lan ojo dumeh.

Bolehkan, Yanindra???

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *