Indonesia, edan!!!
|Bukan maksut hati untuk menjelekkan negeri ini. Bukan hendak memperolok negara yang dulu pernah disatukan oleh Gajah Mada. Indonesia tanah air kita, dimana kita dilahirkan dan dibesarkan. Disana tempat kita bertahan hidup dari panasnya matahari dan dinginnya hujan. Negara yang membentang di sekitar garis khatulistiwa ini begitu luar biasa dimata dunia internasional. Negara yang super kaya raya ini, sayang rakyatnya masih menderita. Kebodohan dan rusaknya moral sebagian begundal di negeri ini disinyalir menjadi penyebabnya. Tanah surga menguap tiada guna, kalau surga seperti ini, mesti banyak orang akan memilih masuk ke neraka. Indonesia memasuki babak baru yang sering disebut sebagai zaman edan.
Edan merupakan kosa kata dalam bahasa Jawa yang bisa diartikan sebagai gila. Spectrum dari edan sangat luas. Edan bukan sekedar gangguan jiwa akibat diputusin pacar semata, melainkan arti edan sangat luar tergantung kata pengiring dan tekanan nada dari kata tersebut. Edan bisa menunjukan berbagai hal perasaan dari manusia. Dari perasaan senang, sedih, marah hingga terkejut bisa menggunakan kata tersebut. Contohnya “edan, cewek itu sangat cantik”… kira-kira ekspresi tersebut menandakan orang tersebut mencaci maki atau sangat senang?
Nah yang akan kita bahas ini betapa edan negara kita, Negara Indonesia. Kita akan melihat rusaknya moral sebagian begundal di negeri ini. Satu persatu edannya negara ini akan dibahas secara singkat padat dan mungkin tidak tepat.
Pernah dengar nggak kalian berapa lama penjajahan Belanda di Indonesia? Jawabannya 350 tahun, edan lama sekali waktu itu. Penjajahan di negeri ibu pertiwi ini dikarenakan rakyat Indonesia masih dalam selimut kebodohan. Kita mudah diadu domba dengan teman sendiri, dan kita hanya mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan social. Kita terkadang lupa hakikat kita sebagai manusia social yang mana membutuhkan orang lain dalam mengarungi kehidupan ini. Rasa persatuan dan kesatuan yang saat itu belum tumbuh disinyalir menjadi penyebab kolonialisasi Belanda di Indonesia.
Kata orang Negara kita itu negara yang sangat kaya. Bahkan ada yang bilang tanah kita tanah surga. Banyak orang yang berbondong-bondong ke negeri ini. Negara kita memiliki berbagai komoditi yang dibutuhkan oleh dunia luar. Masih ingat dalam benak kita bangsa barat berbondong-bondong kenegeri kita dikarenakan mereka tahu kalau Indonesia sangat kaya. Tapi sungguh edan, penduduk Indonesia masih tegolong miskin. Kita dapat melihat berbagai kasus kelaparan masih melanda negeri ini. Padahal katanya tanah kita itu suburnya luar biasa. Edan ada ayam mati di lumbung padi.
Edannya lagi, katanya tanah kita itu kaya, akan tetapi produk pertanian kita sebagain di impor dari luar negeri. Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sombong, kalau nggak luar negeri nggak berkelas. Kita pergi ke supermarket, mencari produk luar lebih mudah dibandingkan mencari produk sendiri. Dari alat elektronik hingga hasil pertanian impor disuguhkan untuk rakyat Indonesia. Kita belum bisa berdikari dalam banyak hal, salah satunya dalam bidang ekonomi. Pantaskah kita berbangga hati dengan pemakaian produk luar negeri? Kita menjadi tamu di negeri sendiri. Daya jual kita rendah di mata internasional. Kita sebenarnya dijajah oleh orang luar, entah itu kita merasakan entah itu tidak. Akan tetapi sebenarnya kita sudah dicekik kepentingan luar.
Coba kita melihat di jalan raya penuh dengan kendaran bermotor dan satupun tidak ada yang produk Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negera terbesar yang rakyatnya berminat terhadap kendaraan bermotor. Dalam satu rumah banyak yang memiliki kendaraan bermotor lebih dari satu. Indonesia pasar yang bagus bagi penjualan kendaran bermotor. Sayangnya bangsa ini bukannya senang pada memproduksi melainkan hanya sekedar pengkonsumsi. Orang-orang di Indonesia mengalami penyakit malas repot. Lebih baik langsung memakai barang yang sudah ada daripada melakukan inovasi.
Sungguh edan, di Indonesia itu terdapat gunung emas dan yang mengelola adalah orang luar. Kekayaan alam kita dikeruk dan dibawa keluar demi kemakmuran negara lain. Apa orang-orang Indonesia belum mampu untuk mengelola hasil bumi dari tanah ini? Kalau kita mengaca dari kasus Lumpur di Lapindo. Kita medapatkan sedikit gambaran yang menakutkan apabila kekayaan alam dikelola oleh bangsa sendiri. Biaya ganti rugi yang seharusnya dibayar oleh perusahaan tersebut malah yang harus mengganti rugi adalah negara.
Negera kita benar-benar edan, dimana sebagian besar yang dikonsumsi di Indonesia adalah produk luar. Jangankan alat-alat canggih, garam saja kita impor. Negara kepulauan terbesar di jagat raya ini garam saja impor? Sungguh edan negeri ini. Indonesia tidak menjadi produsen melainkan hanya sebatas konsumen yang tergantung dengan negara lain. Apa orang Indonesia tidak ada yang bisa memproduksi barang yang berguna? Apa orang Indonesia itu sebagian besar oon? Katanya setiap tahun perguruan tinggi melahirkan orang-orang cerdas terus kemana mereka? Apakah mereka enggan untuk membangun Indonesia? Entahlah
Pemerintah di negera ini sudah mulai edan. Kita lihat saja seorang pakar telematika yang tugasnya mengamati apakah video atau gambar asli apa tidak dijadikan menteri olahraga. Sungguh tidak relevan antara kemampuan dan tindakan yang dilakukan. Kalau zaman dahulu kita mengenal yang namanya zaken cabinet, sekarang hal itu sudah tidak kita jumpai lagi. Zaken cabinet adalah cabinet pemerintahan yang mana para menteri diambil dari tokoh-tokoh non-partai yang professional dalam bidangnya. Untuk saat ini sudah tidak diperlukan lagi yang namanya profesionalitas yang terpenting punya kedekatan dengan pemilik kekuasaan. KKN berkembang biak sampai ke lurah.
Edannya lagi dinegeri ini banyak orang-orang yang lupa janji, entah itu dia benar-benar lupa atau melupa hanya dia dan Tuhannya. Ada orang yang berjanji kalau dia terbukti korupsi, dia siap digantung di Monas, buktinya meskipun sudah terbukti dia tidak melakukan apa yang dia ucapkan. Ada juga yang janji kalau pasangan nomer urut 2 yang menang pada pemilu dia siap dikebiri. Tapi pada akhirnya ucapan dan tindakan tidak seiring berirama. Orang-orang Indonesia pintar mengobral janji tapi sungguh sulut untuk dipercaya. Kita dapat melihat saat kampanye, banyak orang yang menjanjikan muluk-muluk akan tetapi tidak terealisasi. Mereka hanya mengPHP rakyat yang memilih. Betapa sakit hati rakyat karena merasa tertipu.
Ketika para pejabat terkena kasus korupsi, sempat-sempatnya mereka masih tersenyum sambil melambaikan tangan pada sorotan kamera. Apakah ini pertanda memang betul penghuni Indonesia adalah orang-orang yang ramah. Meskipun terkena kasus mereka masih mampu tersenyum entah apa arti senyumnya itu, mungkin hanya dia dan Tuhan yang tahu. Kasus korupsi di Indonesia itu sudah semakin menjadi. Sebuah negara yang katanya memiliki penduduk umat Islam terbayak di dunia ternyata sebagai sarang korupsi. Jangan salahkan islamnya, salahkan para begundal-begundal yang mempelajari agama tanpa mengamalkan dalam perbuatannya.
Rakyat Indonesia yang terkenal santun akhir-akhir ini menjadi bringas. Mereka mudah terpancing emosinya dan menanggapi suatu permasalahan dengan tindakan kekerasaan. Bangsa saat ini mulai lupa bagaimana ramahnya negeri ini pada masa lalu. Itulah satu kebanggan dimasa lalu yang memulai memudar saat ini. Katanya bangsa ini menghargai perbedaan, pluralisme didengung-dengungkan dimana-mana, tapi mana buktinya. Selama ini kita sering mendengar konflik antar beragama atau konflik social lainnya. Edannya lagi hokum dinegeri ini bermata satu. Hanya demi kepentingan orang yang miliki kuasa semata. Pedang hukum sangat tajam apabila sasarannya adalah rakyat miskin, sedangkan tumpul bila menghadapi begundal-begundal yang hanya kaya harta tersebut.
Para pelajarpun ikut-ikutan edan. Banyak kasus yang melibatkan dari generasi masa depan Indonesia ini. Perkelahian antar pelajar, tindakan asusila di sekolah, hingga berbagai tindakan yang tidak senonoh yang dilakukan oleh pelajar tersebut. Pelajar yang telat masuk sekolah, merokok dan minuman beralkohol, mencontek disaat ujian, coret-coret baju merayakan kelulusan itu merupakan budaya yang harus dihapuskan dari dunia pendidikan. Kita tidak bisa hanya sekedar menyalahkan para guru semata. Dikarenakan proses pendidikan itu bukan hanya di sekolah melainkan juga di rumah dan di masyarakat. Perlunya satu kerjasama dari berbagai pihak demi menciptakan generasi masa depan Indonesia yang cerdas, berkarakter kuat dan berkalhak mulia. Pemerintah dalam hal ini juga turut andil dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi selama ini, pemerintah hanya mempolitisasi dunia pendidikan demi melegetimasi kekuasaan mereka. Sungguh edan
Edan, negera Indonesia termasuk jajaran negara terkorup di dunia ini. Kita patut tidak berbangga hati dengan prestasi ini. Banyak orang-orang yang pinter namun mereka keblinger. Pada awalnya mereka mengatakan tidak pada korupsi, tapi setelah mendapatkan kesempatan mereka melakukan tindakan tercela tersebut. Pikiran tentang harta sudah melupakan Tuhan. Edannya lagi, di departemen agama tempatnya orang-orang yang mengenal agama, orang-orang yang dianggap suci malah terjadi korupsi. Sungguh sulit mencari orang baik di negeri ini. Televise di Indonesia hanya mengekspos begundal-begundal yang jahat. Media kurang bisa memberikan tokoh teladan yang dapat dijadikan panutan oleh rakyat Indonesia.
Media hanya mencari untung semata. Acara-acara televise yang kurang mendidik mereka kemas sedemikian rupa, melibatkan artis-artis cantik, mebagi-bagikan uang, joget rame-rame dsb. Itulah cara media mendapatkan pemasukan. Acara televise diisi penuh oleh acara sinetron percintaan. Unsur mendidiknya sangat kurang sekali. Masak ada sinetron di Indonesia yang nyata-nyata meniru film luar negeri. Jelas nggak ada yang namanya hantu vampir di Indonesia. Indonesia juga tidak mengenal yang namanya srigala jadi-jadian. Acara lainnya kita mengimpor film dari luar. Kita lihat sebuah stasiun televise yang dari pagi hingga malam menyiarkan film-film dari India. Edan
Pada pemilu kemarin juga melihat edannya media masa. Masak dalam satu pemilu terdapat dua pemenang. Kedua belah pihak saling mengeklaim kemenangannya dari hasil quick count. Setiap hari dipampang dilayar teleivisi dengan ukuran yang lumayan besar. Media tersebut malah membuat keresahan dimasyarakat. Orang Indonesia di zaman edan ini dituntut selalu eling dan waspada. Selalu ingat, ingatlah dikemudian hari akan datang hari pembalasan. Dan ingatlah bahwa orang-orang yang beramal sholeh dan berbuat baik akan dimasukan ke dalam surga.
Kita sebagai generasi baru Indonesia harus berpikiran edan menentang ketidakbenaran dan ketidakadilan di nusantara ini. Kita harus melakukan perubahan menuju arah perbaikan. Mari belajar dari masa lalu, lakukan pembaharuan di masa sekarang, keindahan masa depan sudah mulai nampak dikejauhan. Generasi yang edan, yang menolak segala tindakan tidak senonoh yang diajarkan sebagian begundal-begundal yang melakukan tindakan tercela yang dilarang oleh Tuhan.