Timbulnya Nasionalime Mesir
|Kekayaan Mesir selalu mengundang bangsa asing untuk datang dan mengeksploitasi kekayaannya. Penduduk Mesir juga selalu dipandang sebagai kekuatan politik yang menentukan dalam pecaturan dunia. Mesir pernah berada di bawah imperium Romawi, khalifah Islam, pernah dijajah Inggris, dan hingga sekarang masih menjadi pusat pergolakan pemikiran sosial politik dan keagamaan, serta politik yang juga tidak lepas dari intervensi luar
Adapun sebab-sebab timbulnya nasionalisme Mesir adalah sebagai berikut.
- Adanya gerakan Wahabi, semula merupakan gerakan agama yang kemudian memberontak pemerintahan Turki. Dengan demikian, secara politik membangkitkan tumbuhnya nasionalisme Mesir.
- Adanya pengaruh Revolusi Prancis. Ketika Napoleon Bonaparte mendarat di Mesir, ia juga membawa suara Revolusi Prancis yang kemudian menimbulkan paham liberal dan nasionalisme Mesir.
- Munculnya kaum intelektual yang berpaham modern.
- Adanya Gerakan Pan Arab, yang dirintis oleh Amir Chetib Arslan dengan yang menganjurkan persatuan semua bangsa Arab dengan tujuan untuk mencapai kemerdekaan bangsanya.
Sekalipun pemberontakan Arabi Pasha berhasil dipadamkan, namun cita-cita perjuangan Arabi Pasha merupakan sumber aspirasi semangat nasionalisme bangsa Mesir. Hal ini terbukti pada tanggal 7 Desember 1907 telah diadakan kongres nasional yang pertama di bawah pimpinan Mustafa Kamil. Tujuannya adalah pembangunan Mesir secara liberal untuk mencapai kemerdekaan penuh. Pemerintah Mesir yang dipengaruhi oleh Inggris berusaha untuk menindas gerakan ini, akan tetapi gerakan nasional ini tetap hidup dan makin kuat bahkan kemudian menjelma menjadi Partai Wafd (Utusan) di bawah pimpinan Saad Zaghlul Pasha.
Seusai Perang Dunia I pada November 1918, di Mesir muncul pemimpin yang bernama Saad Zaghlul, yang berjuang menuntut kemerdekaan Mesir dari Inggris. Kemudian Inggris menangkap Saad Zaghlul dan mengasingkannya, sehingga membangkitkan kemarahan rakyat Mesir. Maka pada tanggal 9 Maret 1919 terjadilah revolusi besar menentang Inggris di Kairo dan seluruh penjuru Mesir yang menyebabkan Inggris terpaksa merubah kebijakan politiknya terhadap Mesir serta membebaskan Saad Zaghlul. Perjuangan ini digerakkan oleh organisasi politik yang bernama Al-Wafd Al-Misr (Utusan Mesir).
Kaum nasionalise Mesir menuntut kemerdekaan penuh. Pemberontakan berkobar lagi, Zaghlul Pasha ditangkap lagi dan diasigkan ke Gibraltar. Inggris yang tidak dapat menekan nasionalisme Mesir, terpaksa mengeluarkan Pernyataan Unilateral (Unilateral Declaration) pada tanggal 28 Februari 1922.
- Inggris mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Mesir.
- Inggris berhak atas empat masalah pokok,seperti berikut: (a) mempertahakan Terusan Suez; (b) mempergunakan daerah militer untuk operasi militer; (c) mempertahankan Mesir terhadap agresi bangsa lain; (d) melindungi bangsa asing di Mesir dan kepentingannya.
Uniteral Declaration 1922 merupakan saat yang bersejarah bagi Mesir sebab sejak itu dunia internasional menganggap Mesir telah merdeka, meskipun belum penuh. Sebaliknya, di pihak kaum nasionalis Mesir tetap tetap menentangnya sebab Inggris tetap berhak atas empat masalah pokok tersebut di atas. Itulah sebabnya, kaum nasionalisme Mesir terus berjuang melawan Inggris untuk mencapai kemerdekaan penuh. Hal ini baru terwujud setelah Perang Dunia II berakhir (Oktober 1954).