Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara

ki hajar dewantaraSistem Among

Manusia mandiri, itulah tujuan yang diinginkan oleh Ki Hajar Dewantara, bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Manusia yang merdeka merupakan hasil dari proses Guruan. Manusia hakikatnya adalah merupakan maklhuk yang berdiri sendiri dan bertanggungjawa atas eksistensinya. Hak untuk menjadi diri sendiri ini tidak lain sebagai perwujudan dari identitas diri. Namun tidak dapat dilupakan selain sebagai malhuk individu manusia juga merupakan malhuk social yang harus terjadi relasi antara satu individu dengan individu lain. Relasi tersebut hanya bisa terjadi di dalam hubungan interpersonal yang tertib dan damai. Harus ada saling menghormati dan menghargai antar sesama manusia.

System pendidikan yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah system among yang diterapkan di Perguruan Taman Siswa. Among atau ngemong merupakan kata dalam bahasa Jawa yang biasanya dilakukan oleh orang yang dewasa kepada anak yang masih kecil, suami kepada istrinya, orang yang pintar dan orang yang belum begitu pintar. System among diterapkan dengan cinta kasih, seperti kasih ibu kepada anaknya.

Among atau ngemong pada dasarnya dilandaskan pada hakikat bahwa manusia tanpa daya ketika dilahirkan. Dalam sistem among relasi antara guru dan peserta didik bukanlah merupakan relasi ketergantungan, tetapi suatu relasi yang semakin lama semakin memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiri sendiri. Proses pendidikan bukanlah suatu proses totaliter atau pun kemerdekaan tanpa batas, tetapi suatu proses pemandirian yang bertahap sesuai dengan perkembangan peserta didik.

Selama ini pendidikan bersifat dictator yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik. Ada anggapan bahwa anak didik seperti gelas kosong yang perlu diisi dengan ilmu yang dimiliki oleh guru. Acap kali guru marah-marah ketika menemukan anak didiknya tidak menguasai ilmu yang diajarkan oleh sang guru. Beberapa guru malah melakukan tindakan kekerasan dengan dalih untuk mendisiplinkan peseta didik.

Guru bukanlah seorang dictator atau yang haus akan kekuasaan atau kehormatan pribadi, tetapi dengan suatu visi yang secara sukarela penuh dedikasi dalam membantu peserta didik untuk menemukan dirinya sendiri atau untuk dapat berdiri sendiri atas kemampuannya sendiri. dengan dedikasi yang besar inilah yang membuat guru mendapatkan julukan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Jasa-jasanya yang besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sungguh layak bagi perserta didik untuk memuliakan guru, meskipun itu tidak sangat diharapkan oleh guru.

Profesi Guru merupakan suatu profesi etis karena profesi tersebut tidak mementingkan kekuasaan dirinya sendiri tetapi untuk kebahagiaan bersama. Guru sejati yaitu pribadi yang Tut Wuri Handayani, yang membantu perkembangan peserta didik dari belakang sambil mengemongnya tanpa menguasai pribadi yang diemong. Ini sulit dilakukan oleh para guru yang tidak memiliki dedikasi yang tinggi dalam upaya mencerdaskan kehidupan generasi masa depan.

Akhir-akhir ini ditemukan gejala-gejala ke arah yang negatif, guru tidak mengejar upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang mampu melahirkan manusia yang merdeka melainkan terbelit masalah kesejahteraan guru. Sertifikasi yang diberikan pemerintah untuk profesi guru, membuat guru berorientasi materi yaitu bekerja keras untuk mendapatkan hal tersebut, kemudian setelah memperoleh sertifikasi tidak meningkatkan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. System among harus dikembalikan kepada hakikat awalnya yaitu mencetak manusia yang mandiri/merdeka.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *