Peristiwa Rengasdengklok

rengasdengklokPada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyatakan menyerah kepada Sekutu. Kekalahan Jepang ini dilatarbelakangi bom atom di dua kota indsutri yaitu Hirosima (6 Agustus 1945) dan di Nagasaki (9 Agustus 1945). Sekutu sebagai pemenang perang menerapkan status quo terhadap negara yang dikuasai oleh Jepang pada masa Perang Dunia II. Salah satunya adalah Indonesia yang harus dikembalikan kepada Belanda. Pada saat itu pula Indonesia mengalami masa yang dikenal dengan vacuum of power (kekosongan kekuasaan) yaitu Indonesia tidak ada yang menguasai, Jepang kalah kepada Sekutu akan tetapi Sekutu belum tiba di Indonesia.

Berita kekalahan Jepang atas Sekutu akhirnya didengar oleh tokoh Indonesia salah satunya tokoh muda yaitu Sutan Syahrir yang mendengar berita kekalahan Jepang kepada Sekutu dari radio BBC. Kemudian Sutan Syahrir mendesak Bung Karno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi Bung Karno menolak desakan tersebut dikarenakan setelah pertemuan dengan Jenderal Terauchi di Dalat Vietnam tanggal 12 Agustus 1945 yang menjanjikan kemerdekaan Indonesia akan terwujud. Pembahasan di Dalat meliputi kapan waktu proklamasi Indonesia dan wilayah Indonesia yang meliputi semua bekas Hindia Belanda.

Berdasarkan keputusan tersebut, merupakan berita gembira yang dibawa dari Dalat Vietnam Selatan. Sehingga ketikan para pemuda menuntut Bung Karno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Bung Karno menolaknya. Ada beberapa alasan Bung Karno menolak untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia yaitu Bung Karno masih meragukan tentang berita kekalahan Jepang dan Bung Karno menganggap Jepang masih kuat sehingga takut terjadi bentrok antara pemuda Indonesia dengan tentara Jepang.

Para pemuda yang dipimpin oleh Chaerul Saleh kemudian mengadakan rapat di gedung bakteriologi di Pegangsaan Timur pada tanggal 15 Agustus malam. Tokoh yang hadir antara lain Chaerul Saleh, Djohan Nur, Kusnandar, Subadio, Margono, Wikana dan Darwis yang hasilnya mengutus Wikana dan Darwis guna menemui Bung Karno untuk memaksa beliau segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hasilnya tetap gagal. Kemudian para pemuda memutuskan untuk mengamankan Bung Karno dan Bung Hatta dari pengaruh Jepang. Tempat yang dipilih sebagai tempat pengamanan kedua tokoh tersebut adalah Rengasdengklok. Ada beberapa alasan kenapa dipilihnya Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Bung Karno dan Bung Hatta.

Rengasdengklok adalah salah satu kota yang letaknya tidak terlalu jauh dari Jakarta. Letak Rengasdengklok agak terpencil sehingga akan dapat dideteksi dengan mudah kedatangan tentara Jepang. Rengasdengklok merupakan daerah yang sudah dikuasi oleh tentara Peta yang dipimpin oleh Chudanco Subeno. Rakyat di daerah Rengasdengklok anti terhadap Belanda. Penculikan Bung Karno dan Bung Hatta dipimpin oleh Chudanco Singgih. Di Rengasdengklok, kedua tokoh tersebut dipaksa oleh kaum muda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Latar belakang peristiwa ini yang kemudian hari nanti terkenal dengan peristiwa Rengasdengklok adalah waktu dan cara melakukan proklamasi.

Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

No Comments

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *