Raja Jalanan

raja jalananKalau kamu naik sepeda motor jangan terlalu kencang, Yanindra. Nikmati saja setiap jengkal jalan yang engkau lewati. Jalan yang berlubang itu sudah menjadi pemamdangan yang wajar di negeri ini. Lubang-lubang itu malah ada yang ditanami pohon pisang. Sebagian lubang pada nanti musim hujan akan menciptakan danau-danau kecil di jalan-jalan. Kalau kamu tidak berhati-hati, maka kamu bisa-bisa akan terperosok ke dalam lubang tersebut. Bisa-bisa kamu mengalami kecelakan, Yanindra. Jangan sampai itu terjadi pada mu, cukup aku saja yang pernah berulang kali tersungkur di jalan raya.

mau jadi raja jalanan?”

Bukan seperti itu, Yanindra. Sebenarnya aku naik sepeda motor itu juga tidak terlalu kencang. Kemarin itu malah aku sempat dihina oleh salah satu dedek gemes yang menyatakan bahwa naik sepeda ku terlalu pelan, sehingga membuatnya menjadi tidak sabar. Kalau aku kecalakan mah itu hal yang lumrah. Meskipun kita berhati-hati akan tetapi kalau memang Tuhan sudah menakdirkan kita untuk terjatuh, ya terjatuhlah. Namun setidaknya dengan bersepeda pelan itu bisa meminimalisir kecelakan akibat urakan di jalan raya.

bukannya naik sepeda motor pelan itu malah membuat macet?”

Itu anggapan yang tidak sepenuhnya benar, Yanindra. macam mana negeri ini tidak macet, lha wong perluasan dan perbaikan jalan tidak sebanding dengan pertambahan jumlah kendaran bermotor di jalan. Sekarang kendaraan motor baik itu mobil maupun sepeda motor bukanlah menjadi barang mewah lagi. Hampir sebagian keluarga memiliki minimal satu sepeda motor di rumahnya. Kalau kamu nggak percaya kamu bisa datang ke desaku, Yanindra. Hampir setiap rumah memiliki sepeda motor, bahkan ada yang satu rumah memiliki lebih dari satu sepeda motor. Hal ini mungkin akan sulit kamu dapatkan sebelum tahun 2000-an.

***

Tertib lalu lintas budaya orang Indonesia

Iklan ini sering kamu dengar kalau sedang berhenti di lampu merah, Yanindra. Namun lha wong namanya iklan yo hanya sekedar iklan dan sulit untuk dipatuhi. Banyak sekali orang yang menerobos lampu merah, apalagi kalau sudah terlambat sekolah atau kerja, hujan, atau kalau mungkin sedang tidak ada pak polisi. Pengendara motor sering melanggar aturan-aturan jalan raya kalau tidak ada pak polisi. Jadi mereka hanya menaati peraturan kalau ada petugas yang mengawasi. Kalau tidak ada yang mengawasi ya bablas saja, nggak usah nuruti aturan.

Ugal-ugalan di jalan raya menjadi hal yang biasa kita jumpai di jalanan republic ini. Jalan raya ini seoalah menjadi arena balap baru, soalnya negeri ini, Indonesia, tidak bisa memberikan fasilitas arena balap bagi mereka yang menyalurkan bakat dan hobi mereka dalam memacu kendaraan bermotor. Kalau nggak salah sirkuit yang ternama di indonesia adalah sirkuit sentul yang katanya tidak lolos verifikasi untuk menjadi tuan rumah Moto GP.

Oleh karena itu, mereka menyalurkan bakat dan hobi balap di jalanan umum. Sebenarnya bukan sebab itu saja, melainkan jalan raya menjadi sarana untuk meluapkan emosi seseorang. Selain itu juga untuk ajang memperebutkan penumpang. Kamu sering menjumpai sendiri kan, Yanindra, bis antar provinsi yang ugal-ugalan di jalan raya guna bersaing dengan bisa lain untuk mendapatkan penumpang. Mereka, bis bis antar provinsi, tidak memperdulikan keselamatan dan kenyamanan penumpang, melainkan untuk memperoleh setoran yang banyak dan tidak kalah dengan bis saingannya. Mereka bisa berhenti kapan saja dan dimana saja sesuka hatinya, meski banyak hati lain yang terlukai. Jadilah mereka raja jalanan.

Sudah berapa kali kita jumpai kecelakan di jalan raya akibat ulah bis tersebut. Hingga beberapa kesempatan, masyarakat yang terpancing emosinya dengan berbagai kecelakan yang ditimbulkan, melakukan pengrusakan terhadap bis yang terkenal ugal-ugalan. Masyarakat menjadi suka main hakim sendiri soalnya para petugas yang seharusnya menggakkan peraturan di jalan raya hanya diam saja, seolah-oalah memaklumi hal tersebur merupakan hal yang lumrah di negeri ini, termasuk juga main hakim sendiri.

Masih ingat nggak kamu, Yanindra, dengan kasus penghadangan Motor gede alias Moge di yogya??? Itu merupakan salah satu keberanian dari salah satu pengguna jalan yang menghadang konvoi Moge. Konvoi Moge itu layaknya raja jalanan, tidak mau mengalah soalnya mereka merasa lebih besar dari pada motor lainnya, seolah-olah membuat mereka boleh melakukan apa saja. Sementara pengendara dengan motor yang lebih kecil dan mobil harus mengalah terhadap konvoi tersebut.

Menurutku, yang berhak menjadi raja jalanan yang sesungguhnya itu adalah mobil Ambulan, Yanindra. Ambulan lah yang benar-benar raja jalanan, soalnya walaupun lampu merah sedang menyala, asalkan lampu sirine di Ambulan menyala, lampu merah jalan raya tidak berarti lagi. Mereka, Ambulan, boleh menerobos jalan mana saja, melanggar aturan apa saja demi menyelamatkan penumpang yang ada di dalamnya. Semua orang pasti menyadari hal tersebut, sehingga memberikan jalan bagi Ambulan untuk lewat.

Selain itu ada satu lagi raja jalanan, Yanindra, yaitu rombongan pejabat yang mendapatkan kawalan dari polisi, baik itu pejabat eksekutif maupun legislatif.  Menurut ku mereka juga harus diperlakukan sebagai raja, Yanindra. Kita harus memberikan ruang jalan untuk mereka agar bisa lewat, sedangkan kita harus berhenti untuk bermacet-macetan ria. Soalnya, rombongan itu kan rombongan orang-orang penting yang mengurus kepentingan kita, mungkin.

Jadi biarkan mereka lewat duluan daripada kita, soalnya beban meraka mungkin lebih berat daripada kita. Selain mengurus kepentingan kita, mereka juga mengurus kepentingan mereka sendiri lho…

Maukah kamu mengurus kepentingan ku, Yanindra???”

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *