Rapat Raksasa di Lapangan IKADA

rapat raksasa ikadaBerbagai tindakan dilakukan dalam rangka menyambut kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah rapat raksasa di lapangan Ikatan Atletik Djakarta atau lebih terkenal dengan nama IKADA (sekarang pojok timur Monas). Rapat raksasa di Lapangan IKADA terjadi pada tanggal 19 September 1945. Tujuan dari rapat di lapangan IKADA adalah mempertemukan rakyat dengan pemimpinnya. Jumlah orang yang hadir pada saat itu diperkirakan antara 200-300 ribu. Rapat raksasa IKADA berhasil terselenggara atas pelopor Komite Van Aksi.

Comitë van Actie sebagai wadah para pemuda dan mahasiswa berperan dalam merencanakan rapat raksasa di lapangan Ikada, memobilisasi massa dan mendesak pemerintah untuk hadir dalam rapat raksasa di lapangan Ikada. Organisasi Komite van Aksi ini dibantu dan atau dibagi dalam sub-sub organisasi. Pertama Angkatan Pemuda Indonesia (API) untuk para pemuda, Barisan Rakyat (BARA) untuk para petani dan terakhir Barisan Buruh Tani (BBI) untuk para buruh. Komite van Actie terdiri dari :

  1. Sukarni , sebagai ketua.
  2. Chaerul Saleh , wakil ketua.
  3. AM Hanafi , sekretaris umum.
  4. Adam malik (anggota)
  5. Wikana (anggota)
  6. Pandu Karteawiguna (anggota)
  7. Maruto Nitimihardjo (anggota)
  8. Kusnaeni {Pancen } (anggota)
  9. Darwis (anggota)
  10. Djohar Noor (anggota).
  11. Armunanto (anggota)

Latar belakangnya adalah ketidak puasan komite Van Aksi terhadap kondisi dan struktur awal pemerintahan Indonesia. Komite Van Aksi menganggap Pemerintah harus didesak dan dimotivasi terus agar sadar bahwa Rapat Raksasa ini penting untuk diselenggarakan guna menunjukkan bahwa rakyat Indonesia mendukung Kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945. Tujuan rapat raksasa IKADA adalah :

  1. Untuk mendekatkan emosional Pemerintah Republik Indonesia dengan rakyat Indonesia bahwa Indonesia telah merdeka.
  2. Untuk menunjukkan terhadap tentara sekutu bahwa rakyat Indonesia siap menghadapi apa saja yang hendak mengganggu kemerdekaan Indonesia.
  3. Merayakan proklamasi kemerdekaan Indonesia

Lalu, presiden Soekarno berpidato selagi lima menit. Beliau meminta supaya rakyat percaya pada pemerintah. Seusai 10 jam massa berkumpul di lapangan IKADA, akhirnya massa membubarkan diri sebab telah puas atas keberadaan pemimpin negara Indonesia. Berikut cuplikan pidato Soekarno:

Kita sudah memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia. Proklamasi ini tetap kami pertahankan, sepatahpun tidak kami cabut. Tetapi dalam pada itu, kami sudah menyusun suatu rancangan. Tenang, tentram, tetapi tetap siap sedia menerima perintah yang kami berikan. Kalau saudara-saudara percaya kepada Pemerintah Republik Indonesia yang akan mempertahankan proklamasi kemerdekaan itu walaupun dada kami akan robek karenanya, maka berikanlah kepercayaan kepada kami dengan tunduk kepada perintah-perintah kami dengan disiplin. Sanggupkah saudara-saudara “ dijawab dengan serentak oleh rakyat “Sanguuup”. Lalu Presiden melanjutkan “Perintah kami hari ini, marilah sekarang pulang semua dengan tenang dan tenteram, ikutilah perintah Presidenmu sendiri tetapi dengan tetap siap sedia sewaktu-waktu. Saya tutup dengan salam  nasional….. MERDEKA…”

Rapat raksasa di lapangan IKADA meskipun hanya beberapa menit, tetapi mempunyai makna besar, yaitu :

  1. Sukses mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.
  2. Melegitimasi Pemerintahan RI yang sah baik yang menyangkut lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif
  3. Adalah perwujudan kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat.
  4. Sukses menggugah kepercayaan rakyat bakal kekuatan bangsa Indonesia sendiri.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *