Sedikit mengerti

doni-setyawanPandangan mas mas dan ibu ibu itu kepada ku agak berbeda, Yanindra. Dilihat dari cara mereka melihatku, seolah-olah aku adalah maklhuk hina yang tidak pantas untuk berdiri disini. Pandangan yang menelanjangi ku seolah rakyat jelata seperti ku itu hanya membawa aib semata. Kehadiran ku disini. Dari awal masuk hingga aku mau keluar mereka selalu menatap ku dengan tatapan yang membuatku menjadi risih, Yanindra. Tatapan mata orang-orang jijik kepada ku. Dan aku seperti biasa, Yanindra, sebagai gologan rakyat jelata yang tidak punya apa-apa hanya bisa merunduk tidak berani menatap mata mereka, apalagi untuk menanyakan kenapa aku diberlakukan seperti itu.

Oh iya, Yanindra

Itu merupakan apa yang aku alami kemarin saat hadir dalam acara bazaar buku. Akhir-akhir ini aku memang rajin berburu buku, Yanindra. Pasca kegagalanku memburu para wanita untuk ku jadikan pacar, buku menjadi salah satu alternatif guna menemani hidup ku. Kalau buku kemungkinan besar tidak akan menolak ku seperti para wanita yang telah ku beri cinta, tapi memberikan cintanya untuk orang lain. Paling banter buku bisa menolakku dengan cara yang halus yakni harganya lumayan mahal sekitar ratusan ribu. Kalau itu aku masih pikir-pikir, Yanindra. Tapi kalau harus dipaksa, aku sebenarnya bisa kok membelinya, Yanindra. Tapi sayang cinta bukanlah paksaan belaka. Cinta harus tulus dalam hati siap menerima dan juga memberi.

Heuheuheu

Sebagai seorang mantan jomblo yang berpuluh-puluh tahun hidup tanpa apa yang disebut pacar, buku menjadi “pacar” dalam hidup ku. Buku menemani ku saat sendiri datang menghampiri ku. Buku menemani ku ketika malam menjelang tidur ku. Aku suka membaca buku, koleksi buku ku lumayan banyak, Yanindra. Tapi bukunya nggak bagus-bagus, Yanindra, soalnya harganya murah-murah. Dengan hidup yang serba pas-pasan seperti ini, mana mungkin aku bisa membeli buku yang harganya mahal. Aku juga sering datang ke book fair, Yanindra. Soalnya buku di book fair lumayan murah.

Nah seperti hari ini, Yanindra

Aku datang ke acara book fair

Biasanya sih sendiri, Yanindra. Tapi kali ini berbeda dari hari biasanya. Tadi aku sempat mengajak teman ku untuk ke book fair sama – sama, tapi temanku ada acara jadinya batal. Eh saat mau pulang aku ketemu dengan murid ku, Yanindra. Masih duduk dibangku SMA, anaknya cantik, manis, kelihatannya baik. Dari tutur katanya terlihat muridku ini pintar, Yanindra. Sudah cantik, baik plus pintar lagi, lelaki mana coba yang nggak mau sama dedek gemes ini tadi. Mesti semua laki laki akan klepek-klepek.

Setelah berbincang-bincang sebentar, eh ternyata dedek gemes ini mau ku ajak ke book fair, Yanindra. Akhirnya kami ketempat book fair tersebut dengan berboncengan. Sudah lama rasanya motor ku tidak pernah dibonceng seorang cewek. Aku ingat terakhir kali aku memboncengkan pacar ku saat pergi ke galeri untuk membenarkan HP. Itu pun sudah lama dan waktunya hanya sebentar. Senangnya hati ku, soalnya ada temannya dan yang menemani gemesin pula, bukankah sempurna hidup ku untuk sementara waktu ini, Yanindra???  Heuheuheu

Tenang, Yanindra. Pacar ku jarang cemburu kok, jarang disini berarti sesekali dia juga cemburu. Wajar kan, Yanindra kalau pacar ku cemburu. Cemburu itu adalah perasaan takut akan kehilangan orang yang dicintainya, Yanindra. Berarti kalau pacar ku cemburu dengan ku, itu menandakan pacar ku takut kehilangan ku. Pacar ku juga tahu siapa, aku kok Yanindra. Selain suka dengan buku, aku juga suka dengan mbak-mbak gemes. Pacar ku tahun begitulah sifat laki laki soalnya kakak laki lakinya juga memiliki sifat seperti aku.

***

Aku dan dedek gemes, murid ku tadi, kemudian memilah dan memilih buku. Kalau dia kan cewek dan masih muda mesti sukanya baca novel. Sehingga dia pergi ke deretan buku-buku novel. Sedangkan aku kan orang tua jadi pergi ke tumpukan buku buku sejarah dan politik. Sesekali dia memperlihatkan novel bagus kepada ku. Dia mendekat kepada ku sambil membawa novel yang menurutnya bagus. Terlihat dari dekat wajahnya, Yanindra, lumayan cantik. Sempat beberapa kali kami bersendau gurau. Kami terlihat sangat akrab, mesti kami sebenarnya jarang sekali berinteraksi baik itu secara langsung maupun melalui alat komunikasi.

Setelah aku pikir-pikir dari tadi, mungkin itu tadi penyebabnya

Akhirnya aku menemukan titik pencerahan kenapa orang orang dari tidak melihat ku jijik, Yanindra. Mungkin pikiran mereka aku adalah om om hidung belang yang sukanya pada anak anak SMA. Heuheheu

Aku hanya mesam-mesem saja, Yanindra. Rasanya agak geli juga sih

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *