Membunuh atau dibunuh?

membunuh atau dibunuhOm kalau boleh minta saran, apa yang akan Om lakukan membunuh atau dibunuh?” Tanya seorang gadis cantik bermata sipit kepadaku, Yanindra. Berperawakan tinggi berkulit putih rambut pendek, cocok sekali nanti kemudian hari jadi ibu guru sejarah. Rasanya bosan ah lihat guru sejarah bapak-bapak tua, mbokyo sekali-kali yang jadi guru sejarah itu mbak-mbak gemes yang gemesin. Biar anak didiknya itu semangat, dan membuat semakin orang banyak memiliki kesadaran sejarah. Biar nggak ada lagi cerita seorang anak didik tertidur mendengar gurunya bercerita. Nanti kalau ditanya apa pelajaran favoritmu, jawab mereka SEJARAH.

Kalau perlu nanti saat ibu-ibu sedang asyik menggosip, yang dibahas itu bukanlah masalah perceraian artis, yang dibahas adalah peristiwa sejarah dimasa lalu. Mereka bisa dengan sangat menggebu-gebu menceritakan bahwa Bung Tomo dengan mata mendelik mengobarkan semangat rakyat Surabaya untuk melawan tentara Sekutu. Mereka, ibu-ibu, juga bisa menceritakan dengan begitu sedih, ketika rakyat Bali melakukan perang puputan untuk mempertahankan kemerdekaan. Perang puputan yakni perang sampai titik darah penhabisan. Kalau ceritanya bagus sih, biasanya membuat beberapa ibu-ibu termehek-mehek, sambil menyeka air matanya, Yanindra.

Bapak-bapak yang di angkiran atau hik, selain bisa bercerita tentang sepak bola, juga bisa mengbrol asyik tentang peristiwa gerakan tiga puluh September. Mereka bisa bercerita dari kejadian awal, hingga proses penculikan, sampai penyiksaan hingga akhirnya dikubur pada sumur tua di desa Lubang Buaya. Sambil menikmati gorengan, bapak-bapak yang ada di pojok sangat antusias mendengarkan seoarang laki-laki tua, yang tadi bercerita sambil sesekali menyeruput kopi hitam. Kamu seringkan Yanindra, pergi dengan Dia untuk menikmati gelapnya malam di angkringan???

Hidup itu membunuh atau dibunuh?

Aku yakin bukan karena mbak-mbak gemes tadi sakit hati dan ingin melakukan tindakan criminal, Yanindra. Melainkan yang ditanyakannya lebih cenderung ke filsafat kehidupan. Mbak-mbak gemes itu bingung mengambil jurusan kuliah, Yanindra. Kalau mbak-mbak itu mengambil jurusan yang sama dengan teman-teman satu sekolahnya, mbak-mbak gemes itu akan membunuh teman-temannya, Yanindra. Soalnya nilai dari mbak-mbak gemes itu lebih tinggi dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Kalau mbak-mbak gemes itu mengambil jurusan lain, kemungkinan akan dibunuh oleh siswa dari sekolahan lainnya. Sebuah dilematis

Mbak-mbak gemes itu masih memiliki rasa terhadap teman-temannya.Tapi mbak-mbak gemes itu juga takut bakal dibunuh oleh orang lain. Hidup memang seperti itu, Yanindra. Ada yang kalah dan ada yang menang. Kalau kalah ya terima saja kalah, nggak usah berbelit-belit sampai membawa kasus ke pengadilan terus lanjut ke MK. Kalau kalah ya akui kalah, ucapkan kepada yang menang, terus kemudian kembali ke awal lagi, lupakan rivalitas yang ada, saling bahu membahu membangun negeri. Bagi yang memang ya jangan terus sombong, terus kemudian merendahkan yang kalah. Pemenang sejati tidaklah seperti itu. Pemenang sejati adalah yang mampu membuat yang kalah tidak terhina.

Kalau menurutku hidup itu ya cinta dan kasih, Yanindra. Tebarkan cinta kasih sesama umat manusia akan damai dihatinya. Tapi juga perlu hati-hati, Yanindra, soalnya dengan cinta itu juga bisa membunuh lho. Itu lihat korban PHP yang tergantungkan cintanya, itu sakitnya luar biasa lho, Yanindra. Lebih sakit dibandingkan ditusuk dengan menggunakan tombak kyai plered. Memang hidup itu persaingan seperti itu, Yanindra. Kalau kamu takut dengan persaingan, kamu bakal kesulitan dalam menjalani hidup. Ya kamu harus siap membunuh dan juga siap dibunuh.

Padahal kalau dikembalikan pada aturan agama, ternyata orang yang membunuh itu hukumnya dibunuh juga, Yanindra.

***

Mungkin yang dialami oleh komunis juga seperti itu, Yanindra. Membunuh atau dibunuh. Peristiwa mengerikan itu terjadi setelah pembunuhan beberapa jenderal angkatan darat yang katanya akan melakukan tindakan makar kepada pemerintah. Itu berdasarkan desas-desus adanya Dewan Jenderal menurut dokumen Gilschrit. Setelah membunuh beberapa jenderal itu kemudian komunsi mendapatkan hukuman yang maha berat, tidak seberat apa yang mereka lakukan. Para simpatisan komunis dimana-mana dibunuh, mayat-maya bergelimpangan di pinggir-pinggir jalan. Orang-orang yang memiliki hubungan dengan komunis terasingkan dari masyarakat. Untuk mencari pekerjaan sulit.

Ya mungkin hidup seperti itu, Yanindra, membunuh atau dibunuh

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *