Pladen

Pladen- donisaurusKalau aku usul kata pemerintah diganti dengan kata pladen boleh apa nggak Yanindra. Apa itu nanti menyalahi konstutusi negara kesatuan republic Indonesia. Ternyata undang-undang yang digunakan dinegeri ini pernah berganti-ganti, Yanindra. Berganti-ganti kebijakan dan terutama gonta-ganti menteri itu bukanlah yang istimewa dalam sejarah negeri ini. “Itu mah biasa atuh, om” itu kata cewek cantik yang dari logat bicaranya seperti orang Sunda. Parasnya yang cantik dan tingkah lakunya yang hanya diam dan anggun membuatnya nampak semakin menggemaskan. Nggak perlu telanjang seperti kebanyakan wanita modern, dengan penampilannya yang sederhana terkesan elegan itu membuatnya semakin huaaayuuuuu dimataku, Yanindra. hohoho

Wuah jadi kamu baru tahu kalau negara kita sudah bergonta-ganti konstitusi, Yanindra. Oh iya nggak apa-apa, materi soal itu nggak masuk kok dalam pertanyaan Malaikat nanti saat masa penghitungan amal baik dan buruk. Malaikat kemungkinan kecil salah dalam memberikan pertanyaan kepada kita. Malaikat nggak mungkin akan bertanya siapa ketua perancang undang-undang. Malaikat juga nggak tanya, apakah kita pernah membaca undang-undang dasar 45. Orang malas untuk membaca undang-undang karena tidak mendapatkan pahal. Paling-paling orang membaca undang-undang itu kalau mau tes CPNS.

Kenapa sih Yanindra, kok nggak diganti saja pemerintah dengan pladen. Apa gara-gara pladen itu dalam bahasa Jawa, terus nanti akan menimbulkan kecemburuan luar Jawa. Tapi kan memang Jawa sudah mendominasi Indonesia sejak negara kita masih bernama Nusantara, Yanindra. Jawa pernah memimpin Indonesia pada zaman Kerajaan Majapahit. Kalau mau melihat bagaimana hebatnya pengaruh Jawa, presiden selama ini sebagian besar adalah orang-orang dari Jawa, kecuali pak Habibie yang katanya jadi presiden gara-gara kecelakaan. Jadi kalau dibilang Jawa yang mendominasi itu sudah rahasia umum, Yanindra.

Sejak awal zaman kemerdekaan pernah terjadi hal tersebut, Yanindra. Pemerintahan yang sentralistik di Jawa menimbulkan kecemburuan daerah luar Jawa. Pembangunan pada saat itu terpusat di Jawa. Oleh karena itu, orang-orang luar Jawa mulai menggeliat untuk memperoleh hak yang sama. Maka muncullah yang namanya PRRI dan Permesta, PRRI di Sumatera dengan Permesta di Sulawesi. Tujuan mereka awalnya adalah baik-baik menutut perimbangan antara pusat dan daerah, akan tetapi hal tersebut tidak mereka dapatkan. Sehinga mereka melakukan tindakan perlawanan terhadap pemerintah pusat.

Pemerintah dari kata dasarnya perintah berarti orang yang suka memerintah, Yanindra. Kalau pladen itu dari kata dasar laden atau dalam bahasa Indonesia meladeni. Lihat, bagus yang mana Yanindra, “orang yang memerintah” atau “orang yang meladeni”. Indonesia kan menganut sistem demokrasi, yang katanya pemerintahan dari rakyat oleh rakya dan untuk rakyat. Yapi kenyataannya selama ini, konsep itu jauh dari pemerintahan negara kita. Pemerintahan yang diidam-idamkan rakyat belum mampu terwujud, entah kapan rakyat terus berharap supaya Ratu Adil akan segera datang.

Pemerintah itu adalah wakil rakyat dalam mengurus negara. Mereka adalah wakil yang dipilih untuk bisa membawa kesejahteraan bagi semua. Akan tetapi selama ini, pada kenyataannya tidak seperti itu, Yanindra. Kita lihat, para wakil rakyat hidupnya enak, makan enak, bisa tidur dengan nyenyak meski sidang membahas soal permasalahan rakyat. Wakil yang memiliki tugas untuk menyuarakan amanat rakyat seoalah lupa pada tugasnya. Wakil-wakil rakyat itu hanya bisa nunjuk sana nunjuk sini ketika sedang menghadapi permasalahan yang sebenarnya mereka ciptakan sendiri. Mereka tidak berani dengan gentle mengakui kalau itu merupakan kesalahan mereka, dan siap mengundurkan diri kalau merasa tidak mampu. Nah selama ini para wakil rakyat itu kurang peka terhada rasa.

Seandainya kata pemerintah bisa diganti pladen kan tambah keren, Yanindra. Pladen tugasnya meladeni. Malah kita bisa nyuruh-nyuruh mereka, nggak seperti pemerintah selama ini menyuruh-nyuruh kita membayar pajak, eh malah uang pajak lari kemana nggak tahu. Pladen itu melayani kita dengan senyum, meski kita tahu bahwa pladen itu tidak mendapatkan imbalan lebih. Pladen itu hanya mendapatkan fasilitias makan dan minum, nggak seperti para pejabat yang mendapatkan fasilitas mobil mewah, rumah mewah hingga berbagai tunjangan yang mempermudah hidup mereka. Tapi buktinya apa, selama ini kerjanya mereka hanya asal-asalan Yanindra. Ya kalau menguntungkan mereka bisa senyam-senyum, kalau tidak menguntungkan yang mbetutut kayak ngemut bom.

Kamu kira-kira setuju apa nggak Yanindra, kalau kata pemerintah itu diganti dengan kata pladen. Ok kalau begitu, Yanindra, kapan-kapan nanti tak usul sama Pak Presiden. Oh iya Yanindra, yang penting itu isi dari pada bungkus, walaupun namanya sudah ganti tapi kalau isi dari mental para pejabatnya masih sama, ya sama saja bohong. Makanya perlu revolusi mental, merubah pemerintah yang hanya bisa memerintah, menjadi konsep pladen yang meladeni dan melayani. Terus siapa yang bertugas merevolusi mental mereka???

Apa mbak-mbak yang berlogat Sunda itu mau jadi pacarku?? Yang mau meladeniku sampai maut memisahkan aku dan mbak-mbak gemes itu?. Musti ia akan bilang “aku mah apah atuh om

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *