VOC

vocKata VOC sudah tidak asing lagi di telinga kita sebagai bangsa Indonesia. Kita akrab sekali dengan kata tersebut. Verenigde Oost Indische Compagnie adalah kepanjangan dari VOC. Compagni oleh orang Jawa sering disebut dengan istilah Kompeni. VOC secara resmi berdiri pada 20 Maret 1602 dan membuka kantor pertama di Banten yang dikepalai oleh Francois Wittert. Banten adalah tempat pertama kali bangsa belanda bersentuhan dengan orang Indonesia. Tepatnya pada saat Cornelis de Houtman mendarat di tempat tersebut (1595). Rombongan awal ini mendapatkan tentangan dari Banten, sehingga diusir pulang menuju Belanda.

Itulah awal mula kedatangan bangsa Belanda yang mendapatkan penolakan dari rakyat Banten. Namun pada kesempatan kedua (1598), saat Jacob Van Neck datang ke Indonesia penolakan tersebut hilang. Hal ini dikarenakan van Neck sangat berhati-hati dan berhasil menarik simpati para pembesar Banten. Setelah berhasil diterima oleh Banten, maka pedagang-pedagang dari Belanda mulai berbondong-bondong datang ke Indonesia. Pada awalnya para pedagangan Belanda, berdagang di pelabuhan Lisabon (Portugis). Akan tetapi semenjak Portugis dikuasai oleh Spanyol, pedagang Belanda ditolak berdagang di Lisabon.

Semakin banyaknya pedagang Belanda di Indonesia, mengakibatkan terjadilah persaingan antara sesama pedagang Belanda. Tujuan dibentuknya VOC antara lain menghindari persaingan yang tidak sehat antara pedagang Belanda sehingga keuntungan dapat diperoleh secara maksimal. Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dengan bangsa Eropa dan Asia lainnya. Dan membantu pemerintah Belanda yang berjuang menghadapi Spanyol yang ingin menguasai Belanda. Dengan adanya berbagai tujuan tersebut maka diberikanlah hak istimewa kepada VOC dalam menjalankan tugasnya.

Hak istimewa atau Hak Octroi yang diberikan kepada sebuah kongsi dagang tersebut antara lain: dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia, berhak melakukan monopoli perdagangan, mencetak dan mengedarkan uang sendiri, mengadakan perjanjian, menyatakan perang, menjalankan kekuasaan kehakiman, melakukan pemungutan pajak, memiliki angkatan perang sendiri, mengadakan pemerintahan sendiri, dan mendirikan benteng. Berbagai hak istimewa yang diberikan membuat VOC semakin kuat. VOC berhasil mengeruk keuntungan dari monopoli perdagangan. VOC lama-kelamaan tumbuh menjadi kongsi dagang yang sangat kuat yang mampu mengimbangi kongsi dagang milik Inggris (EIC) dan kongsi dagang lainnya. Salah satu buktinya adalah berhasil mengusir Portugis dari Ambon.

Kepemimpinan VOC dipegang oleh dewan yang beranggotakan 17 orang dengan berkedudukan di Amsterdam (Heeren XVII). Sedangkan pemerintahan tertinggi VOC di Indonesia adalah gubernur jenderal. Gubernur jenderal VOC yang pertama adalah Pieter Both yang memerintah dari tahun 1610-1619 dengan pusat di Ambon. Ambon terletak di kepulauan Maluku, daerah ini merupakan surganya rempah-rempah. Namun lama kelamaan VOC menyadari apabila letak Ambon kurang strategis, jauh dari jalur perdagangan Selat Malaka maka pada tahun 1619, Gubernur jenderal Jan Pieterzoon Coen memindahkan pusat perdagangan ke Jayakarta. Setelah merebut kota tersebut dari orang-orang banten, maka nama kota tersebut dirubah menjadi Batavia (nenek oyang bangsa Belanda yaitu Bataaf). Pada akhirnya Batavia menjadi pangkalan (Rendez-vous) sebagai pusat pemerintahan.

VOC di Batavia melakukan pemilahan tempat tinggal terhadap penduduk yang ada. Kecuali pejabat tinggi VOC, seluruh warga kota dikelompokan berdasarkan campur-baur antara ras, daerah asal, dan status ikatan kerja dalam perdagangan VOC, maka terbentuklah lima kelompok penduduka, yaitu Kelompok Eropa, Kelompok swaerten (hitam) dan Chineezen (China). Para istri yang tak bekerja pada VOC, anak-anak karyawan VOC, dan golongan burghers (warga biasa) atau Vrijman (preman). Demi kestabilan kotaBatavia, membangun tembok besar.

Kebijakan kongsi dagang VOC dalam eksploitasi agraria di Indonesia antara lain menentukan luas areal dan jumlah penanaman rempah-rempah, melarang rakyat menjula rempah-rempah kepedagang lain, mengadakan ekstirpasi yaitu penebangan tanaman yang melebihi produksi, memberlakukan penyerahan wajib kepada daerah yang berhasil dikuasi. VOC memiliki organisasi dagang yang dikuasai oleh pihak swasta. Secara administrasi, jenjang kepegawain VOC dimulai dari paling bawah yaitu onderkoopman (calon pedagang) hingga Opperkoopman (pedagang besar). Hubungan dagang yang dijalin antara VOC dengan bangsa Indonesia berjalan secara gradual.

Hubungan awal yang dibina adalah hanya sekedar hubungan dagang dengan para raja-raja di nusantara. Tahap selanjutnya VOC menaklukan raja-raja dengan perjanjian, kemudian menjalin hubungan dengan para pengusaha yang lebih rendah yakni para bupati. Para bupati diangkat dan diberhentikan oleh VOC dan tidak lagi tunduk secara politik kepada raja. Lama kelamaan beberapa wilayah di Indonesia berhasil dikuasai. VOC berhasil menguasai jalur perniagaan rempah-rempah di Nusantara. Pada pedagang asing dihalau melalui administrasi trade dan armed trade. VOC kemudian menjadi actor utama dalam memonopoli perdagangan di nusantara. Para raja menjadi pelayan kepentingan VOC.

Pada akhirnya VOC runtuh juga. Beberapa penyebab kemunduran VOC hingga dibubarkan antara lain banyak pegawai yang korupsi, penyalahgunaan jabatan, banyak pengeluaran untuk membiayai perang, utang yang sangat besar, banyak gaji pegawai yang harus dibayar, kalah bersaing dengan kongsi dagang lain. Perubahan politik di negeri Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf (dibentuk oleh Perancis, Napoleon Bonaparte) yang demokratis dan liberal yang menganjurkan perdagangan bebas. Belanda mengalami kekalahan perang melawan Perancis sehingga wilayah Belanda menjadi milik perancis. Setelah sekian lama berhasil memonopoli perdangan di Indonesia, maka secara resmi pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dinyatakan bangkrut dan dibubarkan. Setalah itu Indonesia langsung dikendalikan oleh pemerintah Belanda

Sumber Bacaan

Herimanto. 2009. Sejarah 2, Pembelajaran Serajah Interaktif untuk kelas XI SMA dan MA. Surakarta: Platinum

Wasino. 2008. Berjuang menjadi wirausaha: sejarah kehidupan kapitalis bumi putra di Indonesia. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press

Parakitri T. Simbolon. 2007. Menjadi Indonesia. Jakarta: Grasindo PT Kompas Media Nusantara

No Comments

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *