Perluasan Kekuasaan VOC
Awal mula intervensi VOC di dalam kehidupan politik di Nusantara dimulai pada tahun 1601. Pieter Both berhasil membujuk Pangeran Jakarta untuk membangun benteng pertahanan di Batavia. Kontrak antara VOC dengan Pangeran Jakarta itu antara lain VOC diizinkan membuat bangunan dari batu bata dan kayu di daerah pecinan. Sebagai gantinya, VOC membayar 1.200 real kepada Pangeran Jakarta. Dari situlah, VOC mengoperasikan seluruh kepentingan politik ekonominya ke seluruh daerah di Nusantara.
Ada beberapa faktor yang mempermudah VOC membangun imperiumnya di Nusantara yaitu:
- Menguasai jaringan perdagangan lada, cengkih, dan rempah-rempah,
- Memiliki hak istimewa atau Hak Octroi
- VOC juga berhasil memanfaatkan pergolakan yang terjadi di dalam kerajaan-kerajaan itu.
- Menerapkan strategi devide et impera
- berbagai tipu daya juga dilaksanakan demi mendapatkan kekuasaan dan keuntungan sebesar-besarnya.
- VOC adalah organisasi dagang yang tertib dan para pengurusnya bekerja keras sehingga maju dengan pesat,
Pieter Both pertama kali mendirikan pos perdagangan di Banten pada tahun 1610. Pada tahun itu juga Pieter Both meninggalkan Banten dan berhasil memasuki Jayakarta. Penguasa Jayakarta waktu itu, Pangeran Wijayakrama sangat terbuka dalam hal perdagangan. Jayakarta dengan pelabuhannya Sunda Kelapa menjadi kota dagang yang sangat ramai. Kemudian pada tahun 1611 Pieter Both berhasil mengadakan perjanjian dengan penguasa Jayakarta, guna pembelian sebidang tanah seluas 50×50 vadem (satu vadem sama dengan 182 cm) yang berlokasi di sebelah timur Muara Ciliwung. Tanah inilah yang menjadi cikal bakal hunian dan daerah kekuasaan VOC di tanah Jawa dan menjadi cikal bakal Kota Batavia. Pada tahun 1618 Sultan Banten yang dibantu tentara Inggris di bawah Laksamana Thomas Dale berhasil mengusir VOC dari Jayakarta. Orang-orang VOC kemudian menyingkir ke Maluku.
VOC kemudian memperkuat diri di Maluku dengan pusatnya adalah Ambon. Untuk memperkuat diri, VOC kemudian membangun benteng pertahanan contohnya Benteng Doorstede dibangun di Saparua, Benteng Nasau di Banda, Benteng Victoria di Ambon.
Untuk memperkokoh kedudukannya di Indonesia bagian barat dan memperluas pengaruhnya di Sumatera, VOC berhasil menguasai Malaka setelah mengalahkan saingannya, Portugis pada tahun 1641. Berikutnya VOC berusaha meluaskan pengaruhnya ke Aceh. Kerajaan Makassar di bawah Sultan Hasanuddin yang tersohor di Indonesia bagian timur juga berhasil dikalahkan setelah terjadi Perjanjian Bongaya tahun 1667. Dari Makasar VOC juga berhasil memaksakan kontrak dan monopoli perdagangan dengan Raja Sulaiman dari Kalimantan Selatan. Sementara jauh sebelum itu yakni tahun 1605 VOC sudah berhasil mengusir Portugis dari Ambon. VOC menjadi berjaya setelah berhasil melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Maluku. Untuk mengendalikan pelaksanaan monopoli di kawasan ini dilaksanakan Pelayaran Hongi.
Pada masa J.P Coen, VOC kemudian memusatkan pemerintahan di Jayakarta dikarenakan letaknya yang strategis di jalur perdagangan dunia. VOC berhasil merebut kota Jayakarta dan merubahnya dengan nama Batavia, sesuai dengan leluhur orang Belanda, suku Bataaf. VOC di tanah Jawa mendapatkan tentangan dari Kerajaan Mataram Islam yang dipimpin oleh Sultan Agung. Pasukan Mataram dikirim untuk menyerang Batavia, akan tetapi mengalami kegagalan. Setelah wafatnya Sultan Agung, VOC menancapkan pengaruhnya dalam Kerajaan Mataram Islam. Hingga pada akhirnya mendapatkan berbagai wilayah sekaligus membagi Mataram menjadi dua kerajaan kecil. Pembagian Mataram berdasarkan Perjanjian Gianti. Selain itu, di Jawa, VOC juga mendapatkan tentangan dari Kerajaan Banten. Akan tetapi dengan politik devide et impera, Kerajaan Banten berhasil ditaklukan oleh VOC dengan adanya Perjanjian Banten.
Dalam rangka memperluas pengaruh dan kekuasaannya itu, ternyata perhatian VOC juga sampai ke Irian/Papua yang dikenal sebagai wilayah yang masih tertutup dengan hutan belantara yang begitu luas. Penduduknya juga masih bersahaja dan primitif. Orang Belanda yang pertama kali sampai ke Irian adalah Willem Janz. Bersama armandanya rombongan Willem Janz menaiki Kapal Duyke dan berhasil memasuki tanah Irian pada tahun 1606. Willem Janz ingin mencari kebun tanaman rempah-rempah.
Tahun 1616-1617 Le Maire dan William Schouten mengadakan survei di daerah pantai timur laut Irian dan menemukan Kepulauan Admiralty bahkan sampai ke New Ireland. Dengan penemuan ini maka nama William diabadikan sebagai nama kepulauan, Kepulauan Schouten. Pada waktu orang-orang Belanda sangat memerlukan bantuan budak, maka banyak diambil dari orang-orang Irian. Pengaruh VOC di Irian semakin kuat. Bahkan pada tahun 1667, Pulau-pulau yang termasuk wilayah Irian yang semula berada di bawah kekuasaan Kerajaan Tidore sudah berpindah tangan menjadi daerah kekuasaan VOC. Dengan demikian daerah pengaruh dan kekuasaan VOC sudah meluas di seluruh Nusantara
Related Posts
-
Pengaruh Sistem Ekonomi Liberal di Indonesia
Tidak ada Komentar | Jan 13, 2018
-
Aturan-aturan dalam tanam paksa
Tidak ada Komentar | Apr 13, 2016
-
Isi Perjanjian Bongaya
Tidak ada Komentar | Feb 5, 2018
-
Sebab Runtuhnya VOC
Tidak ada Komentar | Agu 14, 2016
About The Author
doni setyawan
Mari berlomba lomba dalam kebaikan. Semoga isi dari blog ini membawa manfaat bagi para pengunjung blog. Terimakasih